Outline Artikel
Tema : Pemanasan
Global
Judul :
Pengaruh Pemanasan Global Pada Kehidupan di Dunia
Kerangka
Karangan
Kata
Pengantar
BAB
1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Masalah
C. Tujuan
D. Cara Pengumpulan Data
E.
Ruang Lingkup
BAB
2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemanasan Global
B. Penyebab Utama Pemanasan Global
b.1 Efek Rumah Kaca
b.2 Efek Umpan Balik
b.3 Radiasi Matahari
C. Dampak Pemanasan Global
c.1 Cuaca
c.2 Tinggi Muka Laut
c.3 Pertanian
c.4 Hewan dan Tumbuhan
c.5 Kesehatan Manusia
D. Pengendalian Pemanasan Global
d.1 Menghilangkan Karbon
d.2 Persetujuan
Internasional
E. Mengukur Pemanasan Global
BAB
3 PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
BAB
4 DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh Pemanasan Global Pada Kehidupan di Dunia
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Allah swt yang
telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai
sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan.
Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini.
Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana
kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan
dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga
semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan
hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang
dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini
dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan yang merusak lapisan ozon kita
.
BAB I
PENDAHULUAN
Karya tulis dengan judul Pengaruh
Pemanasan Global Pada Kehidupan di Dunia ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar bahaya yang mengancam akibat global warming ini. Banyak sekali
orang-orang yang melakukan hal yang menyebabkan global warming, entah mereka
tidak tahu, atau mereka tahu tetapi dibiarkan saja. Karena itu penulis membuat
karya tulis ini dengan tujuan mengingatkan bahaya pemanasan global yang boleh
dibilang tidak lama lagi akan mencapai puncaknya.
Menurut penulis, pemanasan global sudah cukup parah untuk saat ini, dan akan
memperparah jika tidak ada usaha untuk diperlambat. Sedangkan kenyataannya kita
sekarang malah memperparah keaadaan dengan cara seperti menambah jumlah emisi
gas kendaraan bermotor yang mengeluarkan banyak CO2, memakai hairspray yang
mengandung aerosol, dsb.
Harapan penulis, pemanasan global bisa dicegah se-maksimal mungkin dengan cara,
salah satunya mungkin kita semua bisa mengurangi pemakaian kendaraan bermotor
dan lebih memilih memakai sepeda, karena selain berolahraga, menggunakan sepeda
juga tidak menyebabkan pemanasan global. Tetapi pada kenyataannya, hal seperti
itu sangat sulit untuk diwujudkan. Mengingat keegoisan kita sendiri yang
mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing, misalnya tidak mau
berkeringat saat sampai di sekolah, atau bisa kepanasan saat dijalan, malah ada
juga yang mungkin berpikiran nanti tatanan rambutnya rusak jika naik sepeda.
Oleh karena itu mungkin kita harus berpikir dalam-dalam dan berusaha
se-maksimal mungkin untuk memperlambat pemanasan global, dengan cara yang tidak
terlalu rumit, tetapi berarti untuk bumi.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul masalah:
1. Apakah pemanasan global itu?
2. Apakah penyebab utama pemanasan global?
3. Apa saja dampak pemanasan global?
4. Bagaimana cara mengukur pemanasan global?
5. Bagaimana cara mengendalikan pemanasan global?
C. Tujuan
Tujuan penulis agar kita dapat mengetahui bahaya dan pengaruh akibat terjadinya
pemanasan global, dan kita sebagai manusia yang masih membutuhkan bumi ini
dapat berpikir keras cara memperlambat pemanasan global dan mengatasi kerusakan
parah akibat pemanasan global.
D. Cara Pengumpulan Data
Penulis memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis
melakukan kajian pustaka, membagikan kuisioner,study tour ke LAPAN dan
melakukan browsing internet.
E. Ruang Lingkup
Pada karya tulis ini, penulis mengambil ruang lingkup pada
kejadian pemanasan global yang telah terjadi di dunia ini dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °Cselama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian
besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca.
Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan
akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak
setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990
dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang,
serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar
penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas
panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang
lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca
yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat
pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan
serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu
daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik
dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi
terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang
mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
B. Penyebab Utama Pemanasan Global
B.1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika
energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang
terperangkap di bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup
yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih
panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga
es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah
gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi
akibatnya.
B.2. Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai
proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah
kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air
yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah
uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.
B.3. Radiasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi
dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan
akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah
diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas
Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan
tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena
radiasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah
memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek
pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar
25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek
gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga
telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan
dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,
sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model
tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak
pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
C.1. Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara
dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk
meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap
dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakangas rumah kaca, sehingga
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer.Badai akan
menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan
bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih
ekstrim.
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang
stabil secara geologi. Saat atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga
akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama
sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi
muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama
abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm
(4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerahBangladesh, dan banyak
pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa
baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
C.3. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim
dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak
bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
C.4. Hewan dan Tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat lamanya
menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang
terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
C.5. Kesehatan Manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang
terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan
pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke
daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk
dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika
temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar
seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya
insiden alergi dan
penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.
D. Pengendalian Pemanasan Global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen
per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini
tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang
ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah
untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat
dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara
lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah
yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan
tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya,
mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies
dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke
habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah
kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan
gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon
sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah
kaca.
D.1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah
dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih
banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap
karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan
menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah
mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh
kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk
kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah
tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang
berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk
mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk
mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara
atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan
bersama gas alam ditangkap
dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar
fosil. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai
sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya
secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke
udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan
dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian,
penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbondioksida
ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan
limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbondioksida sama sekali.
D.2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah
kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah
kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang
mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang
dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38
negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan
gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah
emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012.
Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan
pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen
di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang
menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6
persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak
diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
E. Mengukur Pemanasan Global
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesisini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang
bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year,
mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan
konsentrasi karbondioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer
terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang
terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global
semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang
tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang
satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh
data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi
data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuaca pada
awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur
akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan
juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957,
data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari
perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih
akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan.
Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya
permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20,
tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi
setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan
1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) menyimpulkan
bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat
Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama
disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer.
IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1
hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya
peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah
Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat
besar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebenarnya pemanasan global itu sudah terjadi sejak tahun 1861, tetapi belum
parah seperti sekarang. Itu menunjukan ada nya peningkatan suhu dari tahun ke
tahun, sehingga ada kemungkinan besar pemanasan global ini akan semakin parah
di masa depan.
B. Saran
Seperti yang kita tahu, sampai saat ini tidak ada yang bisa
mencegah pemanasan global, tetapi kita sebagai generasi muda harus berusaha
untuk mengurangi jalannya pemanasan global. Dengan hal yang sangat kecil saja,
seperti selalu menggunakan kertas di kedua sisinya, matikan keran saat
menggosok gigi, menggunakan kembali amplop bekas, gunakan baterai isi ulang,
dll.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Bagus isinya sangat bermanfaat tetapi tema, font, serta wallpapernya sangat mengganggu ketika membaca
BalasHapus